Menonton film bagiku hukumnya harus, mau filmnya terkenal atau enggak, kalau aku tertarik maka harus di tonton. Sejak SMA minat untuk menonton film menjadi sebuah keharusan terserah mau film apa aja—kecuali drama, dan romance, karena aku tidak suka sama kedua genre itu, tapi kalau drama masih bisa diterima.
Kalau penasaran film apa saja yang aku tonton—selain film yang terkenal silakan lihat
Instagram story (ada di bagian
highlight) atau
Twitter
aku, di sana juga ada ulasanku tentang film-film yang aku tonton. Atau
kalian bisa langsung melihat akun
Letterboxd-ku.
INI BUKAN REVIEW FILM. TERIMA KASIH.
Ada satu film yang sampai saat ini masih aku anggap bahwa itu biasa saja,
tidak ada yang wah. Man of Steel—Manusia Baja—cerita Superman yang di perankan oleh Henry Cavill, menggebrak dunia
perfilman pada masanya. Filmnya keluar pada tahun 2013 dan waktu itu aku
berumur 10 tahun. Pada waktu film itu keluar memang menjadi topik
orang-orang di mana-mana, bahkan sampai film Justice League versi Zack
Snyder (Zack Snyder’s Justice League) keluar film ini masih menjadi topik
hangat di kalangan fans DC.
Aku yang mulai memasuki dunia perfilman menganggap bahwa Man of Steel ini
biasa saja. Hingga terjadilah sebuah insiden, di mana aku “dipaksa” untuk
menonton film itu. Kejadian ini terjadi pada malam hari di mana semua orang
sudah pergi tidur dan aku masih stay untuk menonton film di televisi.
Apalagi televisi ku sudah bersih gambarnya, jernih suaranya, dan canggih
teknologinya. Pada saat aku memutar TRANSTV yang memang sering menayangkan
film-film di malam hari, dan saat itu Man of Steel lah yang di putar
(kejadian ini terjadi pada tanggal 28 Januari 2022 tengah malam). Entah apa
yang terjadi aku memutuskan untuk menonton saja dulu.
Setelah menonton aku menyadari kekeliruanku, filmnya keren abis cuy. Aku
menganut prinsip “tidak boleh ada penyesalan dalam hidup” maka aku tidak
menyesal, aku bersyukur aku menonton film ini saat aku sudah mengerti akan
film, cerita, editing dan segala hal yang berkaitan dengan film.
Tapi aku harus menonton fullnya nanti, ya, taulah bagaimana nasib film yang di tayangkan ditelevisi—cut sini, blur sana.
0 Comments
Posting Komentar